Selasa, 05 Agustus 2014

Laporan Levofloxacin



LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
ANALISIS OBAT JADI  LEVOFLOXACIN
 DALAM SEDIAAN TABLET 
SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS 
DI LABORATORIUM  QUALITY CONTROL  
PT.PROMEDRAHARDJO FARMASI  INDUSTRI 
PARUNGKUDA-SUKABUMI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan kelulusan Praktik Kerja Industri (PRAKERIN) Program Keahlian Kimia Analisis



Disusun Oleh:
Risma Siti Nuranisa
121310 193

PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR
DINAS  PENDIDIKAN  DAN KEBUDAYAAN
SEKOLAH  MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 CILAKU CIANJUR KIMIA  ANALISIS
JL. Perintis Kemerdekaan  No.2 PO BOX  118
Telp.  (0263) 262014
Cianjur
                                                                              2014




BAB I
   PENDAHULUAN
1.1  Lata
Kebutuhan akan tenaga kerja yang mempunyai keterampilan dan profesionalitas tinggi pun semakin meningkat. Untuk meningkatkan  produksi dan  kualitas produknya  perusahaan semakin selektif dalam memlih tenaga kerja tersebut. SMKN 2 Cilaku Cianjur sebagai lembaga pendidikan khususnya dibidang program keahlian kimia analisis harus bisa memenuhi tuntutan kebutuhan tersebut dengan mempersiapkan lulusan yang mempunyai keterampilan  menengah keatas yang siap pakai di dunia industri maupun sebagai wiraswasta yang dapat mengikuti perkembangan kebutuhan dan sesuai dengan tuntutan zaman.
1.2  Tujuan  Praktik  kerja Industri
      1.2.1  Tujuan  Secara Umum
1.Mengaplikasikan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki di tempat kerja.
2.Mendapatkan pengetahuan dan keterampilan baru.
3.Mendapatkan pengalaman kerja untuk menambah wawasan serta gambaran tentang aplikasi ilmu pengetahuan yang telah didapatkan.
1.2.2  Tujuan  Secara  Khusus
1. Mempelajari tentang menganalisis obat jadi dan bahan baku yang  meliputi analisis penetapan kadar, laju disolusi, identifikasi, dan lain-lain.
2. Mengetahui sampel yang di analisis telah memenuhi standar mutu atau tidak.
1.3  Tujuan  Pembuatan  Laporan
1. Sebagai bentuk pertanggung  jawaban siswa atas kegiatan prakerin.
2.  Sebagai bukti nyata bahwa siswa telah melaksanakan prakerin.
3.  Sebagai latihan siswa dalam membuat laporan kegiatan.
1.4 Kerangka  Laporan  Praktik  Kerja  Industri          
Laporan prakerin disusun dengan 3 bagian yaitu :
1. Bagian pelengkap pendahuluan terdiri dari judul,  halaman pengesahan oleh  dunia usaha,  halaman  pengesahan  oleh  sekolah,  daftar  isi,  daftar gambar,  daftar lampiran  dan  kata pengantar.
2. Bagian  isi terdiri dari pendahuluan,  isi, dan penutup.
3. Bagian pelengkap penutup terdiri dari daftar pustaka,  dan  lampiran-Iampiran.

BAB II
KEADAAN UMUM
PT. PROMEDRAHARDJO FARMASI INDUSTRI

2.1 Sejarah  Tempat  PRAKERIN
PT.  Promedrahardjo  Farmasi Industri  berdiri pada  tahun  1999, Sebelum  memulai  produksinya telah  dilakukan  terlebih dahulu  pelatihan  kepada  karyawan-karyawan  dan  selama  itu  pula dilakukan  percobaan  produksi.  Aktifitas  produksinya  baru dimulai pada  bulan Juni tahun 2000.
2.2 Visi dan Misi Perusahaan
      2.2.1 Visi dari PT.Promedrahardjo Farmasi Industri
Menjadi industri farmasi yang terkemuka, menghasilkan produk  bermutu  serta memberikan  kesejahteraan  bagi seluruh stake holder.
2.2.2 Misi dari PT.Promedrahardjo Farmasi Industri
1. Memproduksi obat  bermutu  secara efektif dan efisien.
2.  Senantiasa  mengupayakan perbaikan  dan  peningkatan.
3.  Melaksanakan system CPOB terkini  dengan baik.
2.3   Sasaran  Mutu dari  PT Promedrahardjo Farmasi Industri
a.  Pengolahan  ulang  maksimum 7 % dari total bets yang diproduksi.
b.  Kegagalan  produksi  0%.
c.  Ketepatan  pengiriman  barang  jadi  ke distributor   minimum   97 %.
d.  Keluhan  pelanggan  maksimum  0,5 % dari total bets yang diproduksi.
e.  Pengembangan  produk  dan  atau  produk  baru  pertahun  minimum  10 produk.
2.4   Struktur Organisasi
2.4.1 Struktur Organisasi Laboratorium  QC
          Laboratorium  QC di PT. Promedrahardjo  Farmasi  Industri  mempunyai  struktur organisasi sebagai berikut  :
                   
         Gambar 1. Struktur Organisasi QC di PT.Promedrahardjo  Farmasi Industri.
2.5  Ketentuan Cara Pembuatan Obat yang  Baik
        Cara pembuatan obat yang  baik  (CPOB)  menyangkut  seluruh aspek produksi  dan pengendalian mutu yang  bertujuan untuk menjamin bahwa produk obat dibuat senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan sesuai dengan  penggunaannya.
2.6  Disiplin Kerja
 PT.Promedrahardjo Farmasi  Industri  membuat  jam  kerja dibagi  menjadi  3 shift,  yaitu  shift 1, shift  normal, dan shift 2.  Dan  bekerja  setiap hari  senin-jumat.
2.7   Pemeriharaan Tempat Kerja
1. Membersihkan  ruangan  laboratorium dan alat  sebelum  dan  sesudah  kerja.
2. Mensterilkan  alat  laboratorium  sebelum dipakai  sampling.
3. Mencatat  data  setiap  melakukan  sampling.


BAB III
KEGIATAN DI  LABORATORIUM
3.1 Tinjauan Umum
    3.1.1 Obat Jadi
        Obat dikenal dalam  beberapa  bentuk  yaitu  :  tablet,  kapsul,  kaplet,  krim, injeksi, sirup, dan  salep.  Obat adalah  sesuatu  yang  digunakan  dalam  diagnosis untuk mengurangi  rasa  sakit,  mengobati  dan  mencegah  penyakit  pada  manusia atau hewan.
Pembagian  Obat  Menurut Cara Penggunaannya 
a.  Oral  yaitu pemakaian atau  penggunaan obat melalui mulut.
b.  Parental yaitu pemakaian atau penggunaan obat dengan cara disuntikan.
c.  Topikal yaitu pemakaian obat untuk permukaan tubuh.
d.  Rektal yaitu pemakaian atau penggunaan obat melalui dubur, misalnya sediaan supositoria.           

Gambar 2.  Rute  pemberian  atau  cara  pengunaan  obat.
Pemeriksaan  obat  jadi  dibagi  menjadi  sebagai  berikut :
  a) Pemeriksaan Tablet, meliputi : Identifikasi,  kekerasan, Friabilitas (keregasan),   
       Keseragaman kesediaan, waktu hancur,  kadar  zat aktif, dan disolusi.
 b)  Pemeriksaan kapsul, meliputi : Identifikasi, Keseragaman kesediaan, Waktu 
      hancur, kadar  zat aktif, dan disolusi.
c)  Pemeriksaan Sirup atau Suspensi, meliputi : Identifkasi, pH, bobot jenis, 
      Viskositas (kekentalan), volume terpindahkan, dan kadar zat aktif.
3.1.2  Levofloxacin  Tablet
         Levofloxacin  Tablet  yang di produksi oleh  PT.Promedrahardjo Farmasi  Industri.  
 Komposisi:
             Tiap tablet salut selaput mengandung  Levofloxacin Hemihydrate 51,2  mg  setara  dengan Levofloxacin 500 mg.
Cara kerja obat  :
     Levofloxacin  adalah  bentuk  (S) enansiomer  yang  murni dari  campuran  rasemat  ofloxacin.  Levofloxacin  memiliki  spektrum  antibakteri  yang  cukup luas.  Levofloxacin  merupakan  obat  untuk  pengobatan  infeksi  yang  disebabkan  oleh  bakteri  aktif  terhadap  bakteri  positif  dan  negative,  termasuk  anaerob.  Levofloxacin  juga  memperhatikan  aktifitas  antibakteri  seperti  sinusitis maxilaris  akut,  Ekserbasi  akut  pada  bronchitis  kronis,  Pneumonia,  Infeksi  kulit  dan   jaringan  lunak  tanpa  komplikasi,  Pielonefritis  akut.
                 Bekerja dengan cara menghambat topoisomerase  type  II  DNA  gyrase, yang  menghasilkan  menghambat  reflikasi  dan  transkripsi DNA bakteri,  levofloxacin  didistribusikan  ke  seluruh  tubuh  dalam  konsentrasi  yang  tinggi  dan berpenetrasi  ke jaringan paru-paru biasanya  lebih  tinggi  2-5  kali  dari  kosentrasi  dalam  plasma,  dan  berkisar  antara  2,4  sampai  11,3 µg/ml  selama  24  jam setelah  pemberiaan  tunggal  dosis  oral.

Over  Dosis :
Jika  ada  pasien yang  mengalami  gangguan  saraf  karena  Levofloxacin  perlu  dilakukan  monitor  kadar  glukosa  darah.
Kontra  Indikasi  :
            Hipersensitif terhadap levofloksasin dan hipersensitif terhadap komponen dalam sediaan.
 Efek  samping  :
           Mual, muntah, anoreksia, cemas, konstipasi, pruritus, nyeri abdomen, kembung,  diare,  Juga  bisa  terhadap  system  saraf  pusat  dan  kardiovaskular,  yang  sering   dikeluhkan  antara  lain  seperti  sakit   kapala,  pusing,  gangguan  tidur,  dan   yang   jarang  kejang.
Peringatan dan perhatian  :
            Sebaiknya diminum  sebelum  makan,  hati-hati   jika  digunakan  pada usia lanjut, penggunaan  pada  anak-anak  dibawah   umur  12 tahun,  ibu  hamil  dan  menyusui  tidak  boleh  diberikan. Terapi   jangka  panjang  dengan  Levofloxacin  perlu  dilakukan  tes   fungsi  ginjal,  hati,  dan  hematopenik  secara  periodik.
Interaksi   Obat :
                Penggunaan bersamaan dengan antidiabetik oral  seperti  gliburid.
Dosis  Pemakaian  :                                                                          
                 Dewasa dan  anak-anak  >12  Tahun,  dosis  awal  500  mg  sesuai  dengan  kebutuhan.
Kemasan :             
    Levofloxacin  500  mg  dus  isi 5 strip @ 10  tablet  salut  selaput.
 3.2  Instrumentasi     
3.2.1  Spektrofotometri        
              Spektrofotometri merupakan suatu cara analisis kimia yang  berdasarkan pengukuran instensitas cahaya yang diserap oleh  media besar  akan  sebanding dengan tebal dan kepekatan zat, sehingga setiap zat akan memberikan instensitas yang berbeda-beda. Masing-masing media akan memberikan panjang gelombang  tertentu  tergantung  ada senyawaan atau kepekatan dari suatu zat tersebut. Instensitas cahaya yang dipancarkan akan dideteksi oleh detector dan direkam oleh suatu detector  yang  saat  ini telah dibuat dalam  bentuk  digital  sehingga hasilnya dapat langsung diketahui,  biasanya  berupa transmisi (%T) atau Absorbansinya (A).
Hukum  yang  mendasari  Spektrofotometri  adalah :
1. Lambert
Hukum  lambert  menyatakan  hubungan  antara  instensitas  cahaya  mula-mula (Lo) dan cahaya yang  dipancarkan dengan  tebal  media.
2. Beer
Beer  menyelidiki  hubungan  antara  It  dan  lo  terhadap   kepekatan  media.   
3.  Gabungan   lambert-beer
Hukum   lambert-beer   menyatakan :
“Bila  suatu cahaya  monokromatis melewati  media  transparan  maka bertambah    turunya  intensitas cahaya  sebanding  dengan bertambah  tebalnya  dan  kepekatan media.”
Jalanya cahaya dalam  larutan  adalah sebagai berikut  :                          
Gambar 3. Intensitas cahaya pada spektrofotometri. 
Dengan menggunakan persamaan maka didapatkan rumus :
T = It   atau  T = It x 100 /
         Io                 Io
A = - log T = - log It
                              Io
Keterangan :
Io = intensitas cahaya mula-mula
It = inensitas cahaya yang dipancarkan
T = tebal media
A = Absorban
Berdasarkan sumber cahaya yang digunakan spektrofotometer dapat dibagi menjadi tiga jenis,  yaitu :
a)  Spektrofotometer  Infra Merah  (IR) dengan A 2-5 nm.
b)  Spektrofotometer  tampak  (UV-Vis) dengan  A 380- 700 nm.
c)  Spektrofotometer  Ultraviolet  (UV) dengan  A 200-380 nm.
Beberapa  syarat dalam analisis  spektrofotometri   adalah  :
a)    Sinar yang digunakan  monokromatik.
b)    Bebas dari unsur-unsur  pengganggu.
c)    Untuk  sinar UV digunakan  larutan  yang berwama.
 Bagian-bagian terpenting dari spektrofotometer  ini adalah  :
1.Sumber  Cahaya
             Sumber energi yang baik untuk pengukuran serapan harus memancarkan   spektrum dan berintensitas tinggi, juga merata didaerah  panjang gelombang  yang dikehendaki  dan sumber  cahaya yang  dipakai  harus benar-benar stabil. Sinar yang dipancarkan difokuskan  pada  sebuah cermin datar  yang  kemudian dipantulkan  dan  diteruskan  melalui  monokromator.
2.  Monokromator                  
              Monokromator pada spektrofotometer adalah alat yang berfungsi untuk  menguraikan cahaya yang polikromatis menjadi beberapa komponen panjang gelombang yang berada (disperse), sehingga dapat dipilih panjang gelombang  tertentu  yang  sesuai  dan dapat terpisah menjadi komponen-komponen  yang  monokromatis dan juga dilewatkan  melalui  celah  yang  sempit  (slit).
3.   Kuvet
Kuvet dalah tempat contoh atau cuplikan yang akan dianalisis.  tempat contoh umumnya terbuat dari jenis bahan yang transparan sehingga tidak menyerap sinar yang  melewati pada saat pengukuran,  misalnya  yang  terbuat  dari  kaca  kuarsa.
   Kuvet  harus  memenuhi   persyaratan,  diantaranya :
a) Harus tahan terhadap bahan kimia basa, asam, dan pelarut organik.
b) Mempunyai bentuk yang  sederhana.
c) Permukaan secara optik harus  sejajar.
d)Tidak berwarna sehingga dapat mentransmisikan semua cahaya yang melaluinya.
4.  Detektor
Detektor berfungsi untuk mengubah energi cahaya yang diteruskan menjadi sinyal-sinyal yang bias dibaca oleh rekorder. berfungsi merubah cahaya menjadi  energi listrik (photosensitive detector). Energi listrik tersebut dapat direkam oleh  suatu rekorder sehingga didapatkan % transmisi atau absorbansi  dari  sampel  tersebut.
Jenis  spektrofotometer  yang  biasa  digunakan  dibagi  atas  :
1. Spektrofotometer  tunggal  (Single Beam Spektrofotometer)
   Spektrofotometer  sinar tunggal adalah alat untuk mengukur  transmitan  dalam % T atau Absorbansi (A) suatu contoh sebagai  fungsi panjang gelombang. Dengan  alat tersebut dapat  juga  dilakukan  pengukuran  absorbansi untuk  lebih  dari satu  panjang  gelombang  tertentu.   Spektrofotometer  sinar  tunggal  ini hanya  memiliki satu  berkas  cahaya  dari sumber yang  melalui monokromator. Pada  peralatan ini  setelah  melakukan pengukuran blanko, kuvet  diambil  dan  diganti  dengan kuvet  yang  berisi  larutan contoh untuk mengukur contoh.

Gambar 4. Bagan Spektrofotometer UV-VIS sinar tunggal.
2. Spektrofotometri sinar ganda  (Doble Beam Spectrophotometer)
     spektrofotometer sinar ganda ini berkas sinar setelah melewati monokromator akan dipisahkan  menjadi dua berkas, satu untuk contoh lainnya untuk blanko.  Berkas sinar pertama disebut berkas acuan (reference-beam) dan berkas yang mula-mula berjalan terpisah ini kemudian disatukan kembali dan diteruskan ke detector.
                    Gambar 5. Bagan Spektrofotometer UV-VIS Sinar Ganda.
kesalahan-kesalahan dalam spektrofotometri :
            Sumber-sumber  kesalahan analisis secara spektrofotometri adalah  penyimpangan kimia dan  penyimpangan instrument. Penyimpangan  kimia terjadi apabila ada  perubahan-perubahan akibat  proses  kimia seperti  senyawaan yang dianalisis bereaksi dengan senyawaan lain atau  pelarut  yang  digunakannya.  Sedangkan penyimpangan instrument dapat diakibatkan  oleh  kemungkinan  adanya sinar polikromatik. Hal  ini  sukar  dipenuhi  karena  monokromator  kurang mampu mengisolasi  panjang  gelombang  yang  benar-benar  monokromatik.
3.2.2 Laju Disolusi
         Laju disolusi dapat didefinisikan sebagai ukuran jumlah obat dalam suatu bentuk sediaan padat yang melarut dalam unit waktu tertentu dan kondisi tertentu. Uji laji disolusi merupakan  metode in vitro yang dapat digunakan untuk menilai pelepasan dari bentuk sediaan padat kedalam bentuk terlarut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju disolusi antara lain :
a. Temperatur    
         semakin tinggi temperatur, maka energi kinetik dari molekul-molekul pelarut dan zat yang dilarutkan semakin besar, viskositas berkurang dan proses difusi bertambah cepat.
b. Ukuran Partikel
         semakin kecil ukuran partikel maka luas permukaan semakin besar sehingga kontak dengan pelarut lebih banyak dan akibatnya laju disolusi bertambah cepat dan sebaliknya.
c. Intensitas Agitasi
         Agitasi akan mempengaruhi penyebaran partikel-partikel sehingga memperluas  permukaan parikel-partikel yang kontak dengan pelarut, sehingga semakin cepat agitasi maka laju disolusinya semakin cepat.
d. Kondisi pH
             Laju disolusi suatu obat akan sesuai dengan lokasi obat sepanjang saluran pencernaan. perlu dipilih kondisi pH yang tepat dalam kondisi in vitro.
e.  Formulasi  dan  Proses  Pembuatan
     Laju  disolusi  obat   juga  dipengaruhi  oleh  metode nii  disolusi  yang dipakai karena dua metode disolusi dalam ruangan yang sama akan memberikan hasil yang berbeda.
BAB IV
MET ODE ANALISIS
4.1  Prosedur Pemeriksaan  Obat Jadi
  4.1.1 Laju Disolusi
  Metode: Spektrofotometri
 1)  Bahan
a. Levofloxacin Hemyhidrate  Baku Kerja
b. HCl Pekat
c.  HCl 0,1 N
d. Air denim
e.  Kertas saring whatman
2)  Alat
a. Dissolution Tester                
b. Alat 2 (Basket)
c. Spektrofotometer UV -VIS                
d. Timbangan  Analitik
e. Alat sentrifius
f. Ultrasonic Batch             
g. Gelas ukur  1000 ml
h. Labu ukur 100 ml
1.  Pipet volume  1 ml dan 25 ml                       
j. Termometer                
k. Timer
 l..   Corong
m. Tabung reaksi
        Parameter  Disolusi
                   Media                                              : HCl 0,1 N : 900 ml          
                   Alat                                                 : Alat 1 (Basket)
                   Kecepatan  putaran                        : 100 rpm         
                   Waktu Pengambilan  Cuplikan    : 30 menit 

        Pembuatan  Media Disolusi       
        Encerkan  8,33  ml  HCl Pekat  dalam  1000  ml Air.
  3)   Prosedur  Disolusi
a. Diatur dan dipertahankan  temperatur air dalam bath  alat disolusi pada suhu 37°C ± 0,5áµ’C.
b. Dimasukan 900  ml  media disolusi yang sebelumnya telah dipanaskan hingga  temperatur 37°C ke dalam masing-masing labu disolusi  (6 labu disolusi) dalam bath alat disolusi.
c.  Dipertahankan suhu media disolusi pada 37°C ± 0,5áµ’C
d. Dimasukkan sampel tablet yang telah ditimbang pada masing-masing labu disolusi.
e.  Dipasangkan basket dengan  jarak antara  basket dan  bagian bawah  labu             disolusi  2,5 ± 0,2 cm.
f.  Dijalankan alat disolusi selama 30 menit dengan  kecepatan 100 rpm.
g. Setelah 30 menit, dipipet ±25 ml sampel dari masing-masing labu disolusi,  masukkan ke  dalam  tabung  reaksi terpisah  dan disaring  menggunakan  kertas saring whatman.
   4)   Proses Penetapan Kadar
        4.1 Larutan Baku
a. Ditimbang seksama  Levofloxacin  Hemihydrate  baku  kerja setara  dengan 55,55 mg Levofloxacin, masukkan ke dalam labu ukur 100 ml. 
b. Ditambahkan  kira-kira  40 ml  media  disolusi,  sonikasi  hingga  larut.
c. Diencerkan dengan media disolusi hingga tanda batas, kocok hingga homogen.
d. Dipipet 1 ml larutan, masukkan  ke dalam labu ukur 100  ml.
e. Diencerkan dengan media disolusi hingga tanda batas, kocok hingga homogen.
           4.2  Larutan Uji
              a. Dipipet 1 ml filtrat pada 3 (g)  ke dalam  labu ukur  50 ml.
 b. Diencerkan  dengan  media disolusi  hingga  tanda  batas dan kocok
hingga homogen.

             5)  Spektrofotometri
                                 Tentukan serapan larutan  baku dan masing-masing  larutan uji menggunakan spektrofotometer UV-VIS pada panjang gelombang  ± 293  nm  dengan menggunakan media disolusi sebagai blanko.
             6)   Perhitungan
                               Hitung kadar Levofloxacin  terlarut dengan  rumus :
     Aspl  x  Cstd  x  FP  =   mg Levofloxacin  x 100 %
     Astd                             Label claim
                  Keterangan  :
                     Aspl                 : Serapan  puncak  larutan uji
                     Astd            : Serapan puncak  larutan baku
                     Cstd                  : Konsentrasi  larutan baku (mg/ml)
                                                0,005555  x  (potensi  baku  kerja
                                                Levofloxacin / 100)
                     Fp                    : Faktor  pengenceran  (90000 ml)
                    Label claim     : 500 mg
 4.1.2  Penetapan Kadar
       Metode  : Spektrofotometri
      1)   Alat
a)  Kuvet 1 cm
b) Spektrofotometer UV- VIS
c) Neraca  Analitik
d) Ultrasonic bath
e) Mortar  dan Alu
f)  Timer
g) Labu ukur  50 ml  dan  100 ml
h) Pipet volume 1 ml  dan  5 ml
i)  Tabung  reaksi
j)  Corong
      2)   Bahan
a)  Levofloxacin   Hemihydrate  Baku Kerja
b)   HCl  Pekat
c) HCl   0.1 N
d)   Kertas saring whatman
e)   Air
     3)  Larutan  Baku
a) Ditimbang seksama Levofloxacin Hemihydrate setara dengan 50 mg   Levofloxacin baku  kerja,  masukkan  ke dalam labu ukur  100 ml.
b) Ditambahkan  kira-kira  40 ml  HCl 0.1 N,  sonikasi  hingga  larut.
c) Diencerkan  dengan  HCl 0,1 N  hingga  tanda  batas,  kocok  hingga  homogen.
d) Dipipet 1 ml  larutan,  masukkan  ke dalam  labu ukur  100  ml.
e) Diencerkan dengan  HCl 0.1 N  hingga tanda batas,  kocok  hingga  homogen.
    4)  Larutan  Uji
a)  Ditimbang seksama 20  tablet, tentukan berat rata-ratanya.
b)  Digerus tablet,  serbukan  hingga  halus  dan  homogen.
c) Ditimbang serbuk halus  setara  dengan  100  mg  Levofloxacin,  masukkan  ke dalam  labu ukur  100  ml.
d) Ditambahkan  kira-kira 40  ml HCl 0,1 N,  sonikasi  hingga larut.
e) Diencerkan  dengan  HCl 0,1 N  hingga tanda batas, kocok  hingga homogen.
f) Disaring larutan dengan kertas saring whatman dan buang filtrate pertama.
g)  Dipipet 5 ml  larutan,   masukkan  ke dalam  labu  ukur  50  ml  dan encerkan  dengan  HCl  0,1 N   hingga  tanda  batas,  kocok hingga  homogen.
h) Dipipet 5 ml  larutan,  masukkan  ke  dalam  labu  ukur  100  ml  dan encerkan  dengan  HCl  0,1 N  hingga tanda  batas,  kocok  hingga  homogen.
      5) Spektrofotometri         
                    Tentukan serapan larutan baku dan masing-masing larutan uji menggunakan  spektrofotometer UV-VIS pada panjang gelombang 293 nm dengan menggunakan  HCl 0,1 N sebagai blanko.
     6)   Perhitungan
                Hitung kadar Levofloxacin  terlarut dengan  rumus :
     Aspl  x  Cstd  x  FP  =   mg Levofloxacin  x 100 %
     Astd                             Label claim

           Keterangan  :
           Aspl                  : Serapan  puncak  larutan uji
           Astd             : Serapan  puncak  larutan baku
           Cstd                   :  Konsentrasi  larutan baku (mg/ml)
                                        0,005555  x  (potensi  baku  kerja  Levofloxacin / 100)
           Fp                     :  Faktor  pengenceran  (90000 ml)
           Label claim       :  500 mg. 

BAB V
       HASIL DAN PEMBAHASAN    
5.1 Hasil Analisis
Berikut ini ditampilkan hasil analisis yang telah dilakukan di
 PT. Promedrahardjo Farmasi Industri adalah sebagai berikut  :
5.1.1Pemeriksaan Obat Jadi
         a. Laju Disolusi Levofloxacin  Tablet
             Syarat :   85 %  dimana,  Q =  80  %  selama 30  menit.
                      Tabel 1. Hasil Analisis laju disolusi Levofloxacin
No.Tabung
Absorbansi Std
% Std
Absorbansi Spl
% Spl
Tabung 1
0,484
100,00
0,509
105,17
Tabung 2
0,499
103,10
Tabung 3
0,500
103,31
Tabung 4
0,485
100,21
Tabung 5
0,504
104,13
Tabung 6
0,495
102,27
Rata-rata
103,03

         b. Kadar  Levofloxacin
             Syarat  :  90,0  % - 110,0  %
                       Tabel  2.  Hasil  Analisis Kadar  Levofloxacin
No.Tabung
Absorbansi Std
% Std
Absorbansi Spl
% Spl
Tabung 1
0,437
100,00
0,450
102,97
Tabung 2
0,451
103,20
Tabung 3
0,446
102,06
Rata-rata
102,74

5.2    Pembahasan
5.2.1  Penentuan  Kadar  Levofloxacin
     Uji penentuan  kadar  zat aktif  bertujuan untuk mengetahui kadar zat aktif, yakni levofloxacin yang terkandung dalam suatu sediaan sesuai dengan yang tertera pada etiket dan memenuhi syarat seperti yang tertera pada masing-masing  monografi. Tablet levofloxacin mengandung tidak kurang dari 90.0 % dan  tidak  lebih dari 110.0 % dari jumlah  yang tertera pada etiket (USP 2007).
     Uji penetapan kadar diawali dengan menimbang 20 tablet  levofloxacin  lalu tablet digerus sampai halus dan homogen tablet dihaluskan agar luas permukaan lebih besar sehingga dapat lebih mudah larut, selain itu juga untuk menghomogenkan  tiap tablet yang ditimbang.  Pelarut yang digunakan yaitu  HCl 0.1 N dikarenakan levofloxacin sukar larut di dalam air, tetapi memiliki kelarutan yang cukup tinggi dalam larutan asam. Sonikasi dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan proses pelarutan sehingga menjadi lebih cepat. Larutan sampel harus disaring  untuk memisahkan filtrat (levofloxacin yang  larut dalam HCl 0.1 N) dari residu (bahan tambahan lain dalam tablet).  Pembuangan filtrat pertama dilakukan untuk membilas wadah sehingga bebas kontaminasi bahan lain.
     Penetapan kadar levofloxacin dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV 1800 Shimadzu pada panjang gelombang kurang lebih 293 nm. Blanko yang digunakan adalah HCl  0.1 N karena merupakan pelarut yang digunakan. Pengukuran larutan standar levofloxacin yang konsentrasinya telah diketahui dilakukan sebagai pembanding sehingga dapat diperoleh kadar sampel. Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang maksimum. Hal ini dikarenakan pada panjang gelombang tersebut kepekaan maksimal karena perubahan absorbansi untuk setiap konsentrasi adalah yang paling besar bentuk kurva absorbansi datar dan pada kondisi tersebut, hukum Lambert-Beer akan terpenuhi, sehingga jika dilakukan pengukuran  ulang, maka kesalahan yang disebabkan oleh pemasangan ulang panjang gelombang akan kecil sekali. Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan dengan melakukan scanning panjang gelombang antara 280 nm sampai 320 nm. Levofloxacin tersusun dari gugus aromatik sehingga dapat memberikan serapan pada daerah panjang gelombang ultraviolet (200-400 nm).
    Hasil uji penentuan kadar levofloxacin dapat dilihat pada tabel 2. ketika diukur dengan spektrofotometer menunjukkan serapan yang berbeda yang pada akhirnya menyebabkan perbedaan kadar levofloxacin. Faktor homogenitas selama proses pencampuran dapat menyebabkan mempengaruhi kadar levofloxacin apabila bahan tambahan lebih banyak dari pada zat aktifnya sendiri, begitupun sebaliknya. Adanya kontaminasi mikroba dapat menyebabkan kadar levofloxacin berkurang. Adanya cahaya menyebabkan levofloxacin teroksidasi. Oksidasi ini menyebabkan kadar levofloxacin yang terkandung dalam tablet menjadi berkurang. kadar levofloxacin memenuhi spesifikasi yaitu berkisar antara 90.0-110.0%  (USP 2007).
5.2.2  Disolusi
                Uji disolusi menggambarkan jumlah zat aktif  yang terlarut dalam media disolusi, karena laju disolusi berhubungan dengan kemanjuran (efikasi) obat. Uji ini dilakukan untuk mengetahui persentase levofloxacin yang dapat diserap oleh tubuh. Levofloxacin yang terlarut tidak kurang dari  80% dari jumlah yang  tertera pada etiket dalam waktu 30 menit. Media disolusi yang digunakan yaitu HCl  pekat di dalam air. levofloxacin memiliki kelarutan yang cukup tinggi dalam suasana asam untuk meningkatkan  kelarutan sekaligus  mempertahankan pH media disolusi digunakan.              
               Sementara itu, berdasarkan hasil analisis uji disolusi menunjukkan bahwa persentase disolusi tablet levofloxacin Peningkatan dan penurunan persentase disolusi dapat disebabkan oleh faktor kelembaban dan  kehomogenan bahan aktif  terhadap bahan campuran (tambahan), dan media disolusi.
               Semakin tinggi kelembaban ruangan, kadar air pada sampel akan meningkat sehingga ketika proses disolusi interaksi antara levofloxacin dengan  media disolusi semakin cepat yang mengakibatkan meningkatnya levofloxacin yang terlarut dalam media, faktor kehomogenan selama proses produksi menyebabkan perbedaan bobot tablet yang dihasilkan sehingga mempengaruhi kecepatan dan jumlah zat yang terdisolusi. Penurunan persentase disolusi levofloxacin juga dapat dipengaruhi oleh media disolusi yang digunakan, sehingga ketika pengukuran dengan spektrofotometer  menghasilkan serapan yang  lebih besar dari yang seharusnya. Meskipun demikian, secara keseluruhan disolusi  tablet levofloxacin masih memenuhi persyaratan disolusi yang baik karena dalam waktu 30 menit tablet levofloxacin sudah terlarut lebih dari 80%. Hal ini menunjukkan bahwa kadar levofloxacin yang dapat larut dalam tubuh dapat di terima sesuai dengan  spesifikasi  yang ditetapkan.

BAB  VI
KESIMPULAN  DAN  SARAN

6.1.   KESIMPULAN
    Dapat disimpulkan bahwa hasil analisa Levofloxacin yang dilakukan telah  memenuhi syarat dengan hasil kadar adalah 102,74% dengan syarat kadar 90,0%-110,0%  dan laju disolusi adalah 103,03 % dengan syarat ≥ 85 % dimana, Q = 80 %  selama 30 menit.
6.2.  Saran
    Lebih baik lagi jika penetapan kadar dan laju disolusi digunakan analisa secara spektofotometer UV-1800 juga dengan menggunakan HPLC, agar lebih akurat dalam pengukurannya.
DAFTAR  PUS TAKA
Departemen     Kesehatan     1995.    Farmakope     Indonesia.     Edisi    IV.    
Anonim, 2009, Prolevox Tablet,
http://www.meprofarm.com/products/product%20prolevox.html
Anonim, 2009, Volequin Infus,
Jakarta: Departement  Kesehatan  Republik  Indonesia. 
Anonimus  . "Spektrofotometri"   dalam google.com.